Perkembangan Nama Orang Sunda Dulu Dan Sekarang

William Shakespeare pernah mengungkapkan: "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." (Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi). 


Itu arti nama menurut Shakespeare. Bagi saya dan mungkin juga anda nama memiliki arti yang sangat penting. Nama adalah tanda pengenal, harapan dan doa. Orangtua memberikan nama kepada anaknya tentu berharap membawa kebaikan kepada pemilik nama tersebut. 

Pemberian nama anak tidak akan terlepas dari budaya dimana kita tinggal sehingga nama seseorang akan terlihat unik serta bisa  menunjukan darimana dia berasal. Namun akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kini sekat-sekat budaya tersebut memudar sehingga pemberian nama sekarang cenderung universal dan tidak lokal.

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemberian nama dulu dan sekarang. Nama-nama jaman dulu sangat terlihat lokal dan unik sesuai dengan suku atau budaya tempat pemilik nama berasal. Sekarang, keunikan itu hampir hilang karena pemberian nama cenderung sama meskipun berasal dari budaya yang berbeda.

Perubahan kecenderungan itu berlaku juga di masyarakat Sunda. Coba kita perhatikan nama-nama ayah, ibu, kakek dan nenek kita. Amah, Ijah, Iloh, Udin, Umar, Anda, Empat, Wikatma, Sanharip, Madnasir, Ijoh, Ikah dan lain-lain adalah nama yang familiar untuk orangtua atau kakek kita. Nama-nama tersebut unik dan lokal/khas Sunda. Bandingkan dengan nama-nama anak usia sekolah dasar sekarang. Bisa dipastikan nama-nama di atas tidak akan ditemukan pada anak usia SD, SMP, SMA bahkan anak remaja. 

Nama anak sekarang banyak diambil dari Al-Qur`an, Nama Arab (bagi pemeluk Islam), nama orang barat atau nama artis. Misalnya : Raisya, Agni, Maisya, Andri, Lutfi, Anisa, Safira, Lukman, Iqbal, Axl, Andra, Dhani dan lain-lain. Nama anak-anak sekarang cenderung sama dan tidak khas daerah. 

Comments :

Post a Comment