Menyikapi Anak Yang Tak Masuk Rangking Di Sekolah


" Bu,   masuk ranking nggak? "
" Enggak, putri Ibu?"
" Alhamdulillah, anaku masuk."
" Selamat ya, Bu!"


Percakapan di atas biasa terjadi sehabis pembagian rapor di sekolah. Ada kebanggaan di benak orang tua siswa jika putra-putrinya masuk peringkat terbaik di sekolah. Apalagi misalnya masuk peringkat 1. Itu memang wajar. Siapapun pasti senang memiliki putra/putri yang pintar dan masuk peringkat di sekolah. 

Peringkat atau ranking sekolah telah melekat kuat di benak orang tua siswa . Meskipun pada kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 yang sekarang berlaku, tidak ada lagi kebijakan tentang peringkat anak di sekolah. Ini bisa dilihat di dalam buku laporan siswa. Tidak ada peringkat tercantum di sana. Namun meskipun tidak tercantum, dalam kenaikan kelas pihak sekolah masih sering melakukan ritual pembagian juara kelas sehingga masalah peringkat masih dianggap penting baik oleh guru maupun siswa.

Tidak masalah jika guru, siswa dan orang tua masih berorientasi kepada peringkat kelas. Karena dengan adanya peringkat maka ada motivasi bagi siswa untuk giat belajar. Namun hendaknya janganlah hal tersebut menjadi satu-satunya tolak ukur dalam pendidikan di sekolah. Jangan pernah berfikir jika anak tidak masuk rangking terbaik maka anak tersebut anak bodoh. Rangking bukan satu-satunya faktor keberhasilan anak dalam kehidupan.

Menurut Howard Gagner, di dalam jiwa anak terdapat sembilan jenis kecerdasan yang siap berkembang. Jadi menjadikan patokan rangking untuk menilai potensi anak sangatlah salah. Rangking dibuat berdasarkan nilai yang diperoleh dari ulangan, tugas atau praktek. Dan ulangan hanyalah menilai kemampuan siswa dari satu aspek saja  yaitu kognitif atau kemampuan mengingat. Jadi mungkin saja anak lemah dalam mengingat namun kuat dalam kecerdasan yang lainnya.

Adapun kesembilan jenis kecerdasan menurut Gagner tersebut adalah :


Kecerdasan linguistik (Linguistic intelligence)

Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral maupun secara tertulis

contohnya pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, orator Tokoh terkenal seperti : Sukarno, Paus Yohanes Paulus II, Winston Churhill.
Kecerdasan matematis-logis (Logical – mthematical intelligence)

Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika . Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat .

contohnya matematikus, programer, logikus.Tokoh terkenal seperti : Einstein (ahli fisika), Habibie (ahli pesawat)
Kecerdasan ruang(Spatial intelligence)

Kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat.

contohnya pemburu, arsitek, dekorator. Tokoh terkenal seperti Sidharta (pemahat), Pablo Pacasso (pelukis)
Kecerdasan kinestetic-badani (bodily- kinesthetic intelligence)

Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan .

contohnya aktor, atlet, penari ahli bedah. Tokoh terkenal seperti : Charlie Chaplin (pemain pantonim yang ulung), Steven Seagal (actor)
Kecerdasan musikal (Musical intelligence)

Kemampuan untuk mengembangkan , mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik.

contohnya komponis .Tokoh terkenal seperti Beethoven, Mozart.
Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence)

Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain.

Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan berkomunikasi dengan berbagai orang.
contohnya komunikator, fasilitator. Tokoh terkenal Mahatma Gandhi (tokoh perdamaian India), Ibu Teresa (Pejuang kaum miskin)

Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence)

Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan – gagasan . Mereka mudah berkonsentrasi dengan baik, suka bekerja sendiri dan cenderung pendiam

contohnya para pendoa batin.
Kecerdasan lingkungan/aturalis (Naturalist intlligence)

Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik.

Tokoh terkenal Charles Darwin
Kecerdasan eksistensial (Exixtential intlligence)

Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan – persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia.

contohnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal seperti Plato, Sokrates, Thomas Aquina.

Jadi, jangan resah jika putra/putri kita tidak masuk peringkat terbaik di sekolah. Tugas guru dan orangtua siswa adalah mencari potensi kelebihan anak dan mengembangkannya sesuai kecerdasan yang dimiliki. Tak masalah jika anak lemah dalam matematika, mungkin saja dia kuat dalam kecerdasan linguistik (bahasa).

Setiap anak memiliki kelebihan masing-masing, tugas kita untuk membimbingnya untuk mencapai keberhasilan sesuai potensinya.

Comments :

Post a Comment